Part 1
Lelaki-ku
Hari
demi hari aku ingkari dengan mengatakan aku tak lagi memiliki rasa padamu.
Segala sesuatu tentangmu telah lama aku singkirkan, bahkan aku tak sudi
memandangnya. Pikiranku tak pernah sekalipun aku biarkan untuk menyentuh
kenanganmu dan hatiku aku kunci untuk tidak lagi berdekat-dekatan dengan kata
kasih.
Lama
sudah rasanya aku melakukan semua itu, tapi jauh dalam diriku itu terasa masih
kemarin saja. Aku menutup segala akses diriku untuk mengetahui bagaimana
keadaamu sekarang, bukan karna lagi tak cinta tapi hanya ingin sekali melihatmu
bahagia tanpa aku harus terluka. Rasanya aku seperti bangunan yang ditinggalkan
pilar-pilarnya, seperti pohon yang dipaksa berdiri tanpa akarnya dan seperti
kegelapan yang tak tampak ujungnya; aku terluka.
Kini
usiaku menginjak 28 tahun, sebagai seorang gadis tentu usia ini sangat tak
nyaman aku sandang. Tetanggaku berkali-kali menanyakan kapan aku berlelaki dan
berkali –kali pula menanyakan pada mamaku apa aku tipe perempuan pemilih.
Sebenarnya mamaku tak pernah ambil pusing dengan gunjing para tetangga,
tersenyum adalah jawaban yang rupanya juga berkali-kali ia latih. Tapi sebagai
seorang putri sulung tentu aku sedikit banyak terbebani pula.
Aku Vyvyan Lerisa putri sulung dari mamaku dan
papaku yang telah lama meninggalkan
keluarga ini, jadi jangan pernah bertanya. Satu lagi, anggota keluarga ini Adikku Rinda Geovani yang terpaut usia dua
tahun dibawahku yang aku sayangi. Kehidupanku tergolong kehidupan harmonis jika
pertanyaan untuk menikah ini tidak berkali-kali dipersoalkan. Tapi mamaku
adalah wanita yang kuat karena keadaan, sangat bijaksana menasehatiku, “Vyan....mama tahu lelaki
selalu tak pernah berpihak dalam kehidupan kita, hanya sakit yang ditingalkan,
tapi mama selalu ingin lihat Vyan bahagia” dan aku hanya mampu meneteskan air
mata dalam diam.
Malam
di bulan Agustus sangat dingin, angin berhembus kencang. Tanpa adanya seorang
pasangan tentu berdiam diri dikamar merupakan pilihan yang paling menyenangkan,
tanpa harus ribet dengan beberapa pertanyaan teman yang sering kali terlontar
ketika kita ngopi bareng, “hayo.. vyan doang nih yang ndak pernah ngenalin sama
kita-kita”. Rupanya jawaban kompak yang selalu mama lakukan tanpa sadar aku
lakuin pula.
No comments:
Post a Comment