Wednesday 17 May 2017

Cerpen Remaja

Part 3


Betapa aku merasa beruntung setelah kejadian buku dan perpustakaan saat itu. Aku juga tak tahu bagaimana ini bisa terjadi dan hanya terjadi begitu saja, ya begitu saja. Lelaki ini sering kali mengirim pesan singkat dipagi hari. “sampai ketemu disekolah” atau “sebentar lagi aku melihatmu” dan macam macam lainnya. Bukan pertemuan yang manis di sudut sekolah atau bukan pula pertemuan yang penuh dengan romansa di taman-tamannya sekolah seperti kebanyakan di film-film remaja. Pertemuan kami sederhana saja, ketika dia melewati jendela depan kelasku, aku aku masih memandangya melalui sudut mataku dan kami berdua tersenyum samar saja. Namun bagiku, kediaman yang ada diantara kami sungguh membagiakan.
                Dua tahun masa sekolahku  aku lewati dengan tersenyum samar saja pada lelaki ini, lelaki yang lewat depan kelasku.  Tak lebih dari itu. Bahkan obrolan ringan setelah masa perpustakaan dulu tak pernah lagi. Tapi aku sangat menikmtai kediaman diantara kami disekolah dimana hal itu berbanding terbalik dengan obrolan panjangnya setiap malam di telfon.
                Sekolah tinggal hitungan bulan lagi sebelum kejadian di siang iitu akhirnya terjadi. Hari itu angkutan kota yang aku biasa tumpangi belum lagi penuh. Aku seperti biasa pulang dengan teman sebangku-ku, Lia . Tak tahu apa yang kami bicarakan sebelumnya hingga Lia berkata “kamu tahu ndak vy... ..... sekarang sudah punya pacar lho”. Aku tertegun mendengarnya tiba-tiba mata terasa panas dan sekuat tenaga aku menahan laju air mata ini agar aku tidak sampai  menangis. Dengan suara tertahan aku memberanikan diri untuk bertanya “siapa ?” kataku seolah-olah hal tersebut terdengar biasa. “katanya sih anak kelas satu. Aku juga ndak tahu yang mana anaknya” jawab Lia  singkat.
                Aku tertegun, terbangun dari lamunankku dan hatiku kembali terasa sakit. Nafasku terengah-engah seakan baru menyelesaikan lomba lari maraton. Kejadian dulu sekali terasa begitu nyata kembali terjadi lagi. Marah rasanya pada diri ini, bagai mana mungkin komitmen untuk tidak kembali memutar memori ini kembali aku lakukan.  Berkali-kali aku menyebut nama  Tuhan yang Esa dan mencoba menyalakan laptop yang dalam mode sleep untuk kembali beroprasi. Aku putar film serampangan sampai aku tertidur dalam pelukan malam.
                                                                                *****                  

No comments:

Post a Comment