Wednesday 17 May 2017

Cerpen Remaja "Lelaki-ku"


Part 1

Lelaki-ku
Hari demi hari aku ingkari dengan mengatakan aku tak lagi memiliki rasa padamu. Segala sesuatu tentangmu telah lama aku singkirkan, bahkan aku tak sudi memandangnya. Pikiranku tak pernah sekalipun aku biarkan untuk menyentuh kenanganmu dan hatiku aku kunci untuk tidak lagi berdekat-dekatan dengan kata kasih.
Lama sudah rasanya aku melakukan semua itu, tapi jauh dalam diriku itu terasa masih kemarin saja. Aku menutup segala akses diriku untuk mengetahui bagaimana keadaamu sekarang, bukan karna lagi tak cinta tapi hanya ingin sekali melihatmu bahagia tanpa aku harus terluka. Rasanya aku seperti bangunan yang ditinggalkan pilar-pilarnya, seperti pohon yang dipaksa berdiri tanpa akarnya dan seperti kegelapan yang tak tampak ujungnya; aku terluka.
Kini usiaku menginjak 28 tahun, sebagai seorang gadis tentu usia ini sangat tak nyaman aku sandang. Tetanggaku berkali-kali menanyakan kapan aku berlelaki dan berkali –kali pula menanyakan pada mamaku apa aku tipe perempuan pemilih. Sebenarnya mamaku tak pernah ambil pusing dengan gunjing para tetangga, tersenyum adalah jawaban yang rupanya juga berkali-kali ia latih. Tapi sebagai seorang putri sulung tentu aku sedikit banyak terbebani pula.
 Aku Vyvyan Lerisa putri sulung dari mamaku dan  papaku yang telah lama meninggalkan keluarga ini, jadi jangan pernah bertanya. Satu lagi, anggota keluarga ini  Adikku Rinda Geovani yang terpaut usia dua tahun dibawahku yang aku sayangi.   Kehidupanku tergolong kehidupan harmonis jika pertanyaan untuk menikah ini tidak berkali-kali dipersoalkan. Tapi mamaku adalah wanita yang kuat karena keadaan, sangat bijaksana  menasehatiku, “Vyan....mama tahu lelaki selalu tak pernah berpihak dalam kehidupan kita, hanya sakit yang ditingalkan, tapi mama selalu ingin lihat Vyan bahagia” dan aku hanya mampu meneteskan air mata dalam diam.
Malam di bulan Agustus sangat dingin, angin berhembus kencang. Tanpa adanya seorang pasangan tentu berdiam diri dikamar merupakan pilihan yang paling menyenangkan, tanpa harus ribet dengan beberapa pertanyaan teman yang sering kali terlontar ketika kita ngopi bareng, “hayo.. vyan doang nih yang ndak pernah ngenalin sama kita-kita”. Rupanya jawaban kompak yang selalu mama lakukan tanpa sadar aku lakuin pula.

No comments:

Post a Comment